Jakarta –
Duta Besar RI untuk Filipina Sinyo Harry Sarundajang meninggal dunia pada Sabtu dini hari di RS Siloam, Jakarta. Jenazah Sinyo Sarundajang disemayamkan di kawasan Kelapa Gading dan RSPAD Gatot Soebroto.
Dikutip dari keterangan tertulis Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Sabtu (13/2/2021), Sinyo Sarundajang meninggal pukul 00.31 WIB pada usia 76 tahun. Jenazah Sinyo Sarundajang rencananya akan diterbangkan ke Manado, Sulawesi Utara.
Pihak Kemlu belum mendapatkan informasi lebih rinci soal kapan Sinyo Sarundajang dimakamkan. Informasi tersebut belum disampaikan pihak keluarga mendiang Sinyo Sarundajang.
Sinyo Sarundajang meninggal karena sakit. Kemlu menyarankan informasi lebih rinci sebaiknya ditanyakan kepada pihak keluarga.
“Sakit. Namun sebaiknya ditanyakan ke pihak keluarga,” kata Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kemlu Teuku Faizasyah kepada wartawan.
Sinyo Sarundajang lahir di Kawangkoan tanggal 16 Januari 1945. Dia bertugas Dubes RI untuk Filipina merangkap Kepulauan Marshall dan Palau sejak 20 Februari 2018.
Dikutip dari laman Dewan Pers, Sinyo Sarundajang memiliki latar belakang pendidikan S2 Ahli Administrasi Teritorial pada Institute International Administration Publique Francis dan doktor Ilmu Politik UGM serta doctor honoris causa bidang perdamaian dari UIN Malang.
Dia memulai karier birokrasi sebagai Kepala Biro Pemerintahan di Setda Provinsi Sulawesi Utara pada 1977. Selanjutnya sebagai Penjabat Sekretaris Wilayah Daerah Tingkat II Minahasa pada 1978.
Sinyo Sarundajang juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara selama dua periode, pada 2005-2015. Di tengah masa jabatannya sebagai Gubernur Sulawesi Utara, dia menjadi Ketua Umum Panitia Daerah penyelenggaraan World Ocean Conference (WOC), Coral Triangle Initiative Summit (CTI), serta Sail Bunaken pada 2009.
Selain jabatan sebagai kepala daerah, dia aktif menulis buku, antara lain ‘Pemerintah Daerah di Berbagai Negara’ (1997), ‘Arus Balik Kekuasaan Pusat ke Daerah’ (1999), ‘Birokrasi dalam Otonomi Daerah, Upaya Mengatasi Kegagalannya’ (2003), ‘Pilkada Langsung’ (2003), ‘Sistem Pemerintahan Daerah’ (2005), ‘Geostrategis Sulawesi Utara Menuju Pintu Gerbang Indonesia di Asia Pasifik’ (2012), dan ‘Poros Maritim dan Ekonomi Baru Masa Depan Indonesia’ (2015).
(dkp/idh)