Site icon Berita Terkini

Pemerintah Tolak Hasil KLB Demokrat, Moeldoko Kini Jadi Beban Jokowi

Jakarta

Pemerintah menolak hasil kongres luar biasa (KLB) Partai Demokrat (PD) yang menetapkan Moeldoko sebagai Ketua Umum. Hal itu dinilai membuat Moeldoko, yang menjabat Kepala Kantor Staf Presiden (KSP), menjadi beban bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik Universitas Paramadina, Henri Satrio. Dia awalnya bicara soal keputusan pemerintah yang sudah tepat. Dia mengatakan pemerintah objektif melihat konflik Partai Demokrat.

“Menurut saya ini ada dua yang kita dapat lihat, pertama pemerintah sangat objektif melihat kasus Demokrat ini, dan kasus ini nggak susah-susah banget gitu karena Pak Mahfud dari awal mengatakan yang dipegang pemerintah AD/ART 2020 dan sudah tepat menurut saya apa yang dikatakan Pak Yasonna dan Pak mahfud, jadi kalau mau menyanggah ya lewat pengadilan itu sudah sangat tepat,” ujar Henri Satrio, Rabu (31/3/2021) malam.

Dia menyarankan Meoldoko mundur dari jabatannya sebagai Kepala KSP. Dia menilai Moeldoko hanya menjadi beban politik bagi Jokowi.

“Pak Moeldoko ini memang menurut saya beliau mundur aja dari jabatan sebagai Kepala KSP karena jadi beban politik Pak Jokowi. Terus menurut saya sangat riskan gambaran Kepala KSP Meoldoko itu, riskannya itu Kepaala KSP itu kan menjadi mata, telinga dan penciuman presiden. Kalau sampai salah menganalisa kan jadi salah semuanya,” ujarnya.

“Ini beliau untuk urusan Demokrat ini bukan saja salah penciuman penglihatan dan pendengaran, tapi salah analisa juga sampai akhirnya menerima buaian orang Demokrat. Jadi sangat disayangkan memang seharusnya mundur saja karena bukan hanya jadi beban politik, tapi juga kurang cakap membentengi Pak Presiden,” sambungnya.

Pengamat Politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin, juga menilai langkah pemerintah menolak hasil KLB yang menetapkan Moeldoko sebagai Ketum Partai Demokrat sudah tepat. Pemerintah dinilai bertindak adil.

“Itu sudah memenuhi rasa keadilan. Keadilan hukum ditegakkan oleh pemerintah dalam kasus Demokrat. Tentu kita apresiasi pemerintah yang telah berani bertindak adil. Menegakkan kebenaran dan berbuat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku,” katanya.

Ujang menilai penolakan itu menunjukkan KLB yang digelar di Deli Serdang itu adalah KLB odong-odong. Menurutnya, pemerintah masih waras sehingga tak mendukung Moeldoko.

“Pemerintah melalui Kemenkumham menolak KLB Moeldoko yang odong-odong itu. Jadi sejak awal kalau dari sisi hukum akan ditolak. Nah, sisi politiknya yang bisa diterima. Namun pemerintah telah membuktikan tidak berat sebelah dan berlaku adil dalam kasus Demokrat. Pemerintah masih waras dan tak mau mem-back up Moeldoko CS yang jelas-jelas mengkudeta Demokrat AHY yang sah,” ujarnya.

Simak selengkapnya

Exit mobile version