Jonatan Christie Tinggalkan Pelatnas Cipayung, Ini Konsekuensinya
Jonatan Christie Tinggalkan Pelatnas Cipayung, Ini Konsekuensinya

Arahkompas.com – Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie, resmi menyatakan mundur dari Pelatnas Cipayung di bawah naungan PP PBSI. Keputusan ini menjadi sorotan publik lantaran Jonatan telah berkiprah selama 12 tahun sebagai penghuni pelatnas, dan saat ini masih berusia 27 tahun—usia yang terbilang produktif dalam dunia olahraga.

Keputusan Jonatan ini menandai berakhirnya perjalanannya sebagai atlet pelatnas yang menjalani rutinitas latihan terpusat sepanjang tahun. Sistem pelatnas selama ini memang dirancang untuk menjaga konsistensi performa atlet dalam menghadapi padatnya agenda turnamen nasional dan internasional. Dengan mundurnya Jonatan, maka ia tidak lagi terikat dengan skema latihan di Cipayung setiap hari.

Namun demikian, Jonatan belum sepenuhnya menutup pintu untuk berinteraksi dengan pelatnas. Ia menyatakan kesediaannya untuk sesekali datang ke Cipayung, khususnya untuk kebutuhan sparring atau latihan bersama.

Setelah meninggalkan Pelatnas Cipayung, Jonatan memilih kembali ke klub asalnya, PB Tangkas. Di sana, ia berencana melanjutkan latihan secara mandiri dengan pola yang lebih fleksibel. Keputusan ini tidak lepas dari faktor keluarga. Sebagai seorang suami dan ayah, Jonatan mengaku memerlukan manajemen waktu yang lebih luwes agar tetap bisa menyeimbangkan karier dan kehidupan pribadi.

Selain faktor keluarga, lokasi tempat tinggal Jonatan yang cukup jauh dari Pelatnas Cipayung juga menjadi salah satu alasan pengunduran dirinya. Menurutnya, efisiensi waktu dan tenaga menjadi pertimbangan penting dalam menjaga performa sebagai atlet elite.

Menariknya, meski tak lagi berada di bawah naungan pelatnas, Jonatan tetap berstatus sebagai atlet nasional. Ia akan tetap bertanding di turnamen internasional dengan membawa nama Indonesia. Perbedaannya, kini ia menjadi pemain profesional atau atlet jalur mandiri. Artinya, segala kebutuhan untuk mengikuti turnamen—termasuk biaya perjalanan, akomodasi, serta kebutuhan harian—akan ditanggung sendiri atau melalui dukungan sponsor.

Turnamen Singapore Open akan menjadi debut Jonatan sebagai atlet profesional. Dalam status barunya, ia dituntut untuk lebih mandiri dalam mengatur jadwal, menjaga kebugaran, dan menjalin kerja sama dengan sponsor untuk mendukung kariernya.

Meski tak lagi berada di pelatnas, peluang Jonatan untuk membela Indonesia dalam ajang beregu seperti Thomas Cup masih terbuka. Ia menegaskan kesiapannya apabila tim nasional membutuhkan jasanya. Namun hal tersebut akan bergantung pada performa dan keputusan tim pelatih jelang turnamen.

Tak hanya itu, Jonatan juga menyimpan ambisi untuk tampil di Olimpiade Los Angeles 2028. Ia menyadari bahwa perjuangan menuju Olimpiade membutuhkan kerja keras, terutama dalam mengumpulkan poin saat kualifikasi dimulai pada 2027. Oleh karena itu, ia tetap berkomitmen menjaga performa agar tetap kompetitif di level tertinggi.

Keputusan Jonatan Christie ini mencerminkan dinamika baru dalam pembinaan atlet nasional. Di satu sisi, ia membuka ruang bagi regenerasi, namun di sisi lain, menandakan perubahan pendekatan atlet dalam mengelola karier profesional di era modern.

Artikel sebelumyaPHK Global Panasonic: 10.000 Karyawan Terkena Dampak, Buruh di Indonesia Waswas
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments