Presiden Jokowi mengingatkan Bali untuk terus menekan penyebaran kasus COVID-19 setelah gerbang pariwisata bagi wisatawan mancanegara (wisman) dibuka. Jokowi memperkirakan jumlah kasus di Bali tidak bertambah setelah menerima turis asing.
“Jadi, untuk jangka waktu yang lama, jaga agar kasusnya serendah mungkin. Tetap bekerja keras. Saya tidak melihat merah, semuanya baik-baik saja, tetapi harus nyata dan harus ada konsistensi,” kata Jokowi.
Menurut Jokowi, perkembangan kasus COVID-19 di Bali turun tajam, turun 95% dari puncak kasus sebelumnya. Jumlah kasus harian di Bali mencapai 542 pada Januari dan 22 pada Juli. Kemudian naik menjadi sekitar 1.900 kasus pada Agustus dan turun menjadi 60 kasus kemarin.
Presiden menjelaskan: “Memang turun signifikan, dengan kasus aktif turun dari 13.800 menjadi 600. Ini juga bagus. Kita perlu terus menekan untuk mengurangi, mengurangi, dan menghilangkan kasus dari Provinsi Bali.”
Menurut Jokowi, pihaknya membuka aktivitas ekonomi khususnya pintu wisman ke Bali dengan berkaca dari negara lain. Singapura, misalnya, membuka aktivitas ekonomi saat vaksinasinya baru mencapai 30 persen. Akibatnya, kasus melonjak dan sampai sekarang belum bisa turun, padahal penduduknya hanya 5 juta jiwa.
Hal yang sama terjadi di Amerika Serikat, yang vaksinasinya baru 45 persen tetapi sudah membuka aktivitas ekonomi. Akibatnya, kasus menyebar lagi dan angka kematian meningkat.
“Inilah yang harus kita hindari,” terang mantan Wali Kota Surakarta dan Gubernur DKI Jakarta itu.
Sementara di Inggris, vaksinasi sudah mencapai 56 persen saat dilakukan pembukaan aktivitas ekonomi. Angka kasus di negara tersebut masih rendah.
“Jadi artinya apa? Vaksinasi itu sangat menentukan. Jadi Singapura (dan) Amerika Serikat membuka memang saat kasusnya turun, tapi tetapi vaksinasinya belum 50 persen, kemudian langsung terjadi penyebaran dan angka kematian naik. Yang benar yang di Inggris,” kata dia.