ArahKompas.com –Â Mengawali dialog setelah Debat Kelima Pilpres 2024, Calon Presiden (Capres) dari koalisi perubahan, Anies Baswedan, mengisyaratkan pesan penting melalui bahasa isyarat. Dalam sebuah acara yang dikenal sebagai “Desak Anies episode Semarang” pada Senin malam (5/2/2024), Anies menyampaikan bahwa gestur tersebut bermakna “saatnya untuk berubah” atau “it’s time for change”. Pesannya sangat menyoroti perlunya perubahan pandangan masyarakat terhadap para penyandang disabilitas agar mendapat perlakuan yang lebih adil.
Anies menegaskan bahwa hak-hak dasar para penyandang disabilitas harus menjadi prioritas bagi negara. Dalam konteks ini, ia menekankan bahwa mereka tidak semata-mata membutuhkan bantuan amal, melainkan hak-hak yang harus dipenuhi oleh negara sebagai bentuk kesetaraan dan keadilan sosial.
Tidak hanya Anies, capres lainnya dari nomor urut 3, Ganjar Pranowo, juga menampilkan gestur bahasa isyarat setelah Debat Kelima Pilpres 2024. Ganjar, dalam sebuah konferensi pers, menggambarkan bahwa gestur tersebut merupakan bentuk apresiasi terhadap komunitas penyandang tunarungu yang mengajarkan makna “saya mencintaimu” lewat bahasa isyarat.
Meskipun bahasa isyarat yang digunakan oleh kedua kandidat ini memberikan warna tersendiri pada debat tersebut, namun banyak kritik bermunculan terkait kesan lemas yang melingkupi seluruh acara. Debat tersebut dinilai kurang menarik bagi masyarakat karena kekurangan substansi dan gagasan yang jelas dari para peserta.
Sejumlah pengamat politik menyebut bahwa terlepas dari upaya memberikan sentuhan unik melalui bahasa isyarat, esensi dari perdebatan politik yang konstruktif dan informatif tampaknya kurang terwakili. Lebih lanjut, para pengamat menyoroti perlunya fokus pada isu-isu substansial yang mempengaruhi kehidupan masyarakat secara langsung, seperti ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan perlindungan sosial.
Dalam konteks ini, diharapkan bahwa debat-debat mendatang dalam rangka Pilpres 2024 dapat lebih menggali gagasan dan solusi konkret terhadap berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa ini. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih memperoleh pemahaman yang mendalam tentang visi dan program kerja dari masing-masing calon pemimpin yang akan memimpin negara ke depan.
Bahasa isyarat yang digunakan oleh Capres Anies Baswedan dan Capres Ganjar Pranowo memberikan nuansa unik pada Debat Kelima Pilpres 2024, banyak yang mengkritik kesan lemas yang melingkupi keseluruhan acara tersebut. Kritik tersebut menyoroti kebutuhan akan substansi yang lebih kuat dan gagasan yang jelas dari para peserta, serta pentingnya fokus pada isu-isu substansial yang memengaruhi masyarakat secara langsung.
Untuk itu, dapat dipertanyakan bagaimana pandangan masyarakat terhadap perdebatan politik dalam konteks Pilpres 2024 ini. Apakah mereka merasa puas dengan informativitas dari debat-debat tersebut? Ataukah mereka memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap para calon pemimpin untuk menghadirkan gagasan dan solusi yang lebih konkret dalam menyikapi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa ini?
Baca juga: Kominfo Dorong Kampanye Damai: Cegah Hoaks dan Jaga Netralitas Pemilu 2024
Sumber: kabar24bisnis