Arahkompas.com – Menteri Perdagangan Budi Santoso memberikan pembekalan kepada 32 Calon Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia di kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta. Dalam kesempatan tersebut, ia menekankan pentingnya sinergi dalam memperluas pasar ekspor guna mencapai target pertumbuhan sebesar 7,1 persen pada 2025.
Tema pembekalan kali ini adalah “Sinergi Bersama dalam Mencapai Target Perdagangan Nasional”. Menteri Perdagangan hadir bersama Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Fajarini Puntodewi. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapannya agar para calon duta besar dapat berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan akses produk Indonesia ke pasar global.
Strategi Peningkatan Ekspor
Menteri Budi Santoso mengungkapkan bahwa target ekspor Indonesia pada 2025 diproyeksikan mencapai USD 294,45 miliar. Proyeksi ini didasarkan pada berbagai faktor, seperti pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, nilai tukar, serta harga komoditas global. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebesar 2,7—3,2 persen dan volume perdagangan dunia yang diproyeksikan naik 3,4 persen, peluang ekspansi ekspor semakin terbuka lebar.
Guna mencapai target tersebut, Kementerian Perdagangan telah menyusun tiga program utama, yaitu menjaga stabilitas pasar dalam negeri, memperluas pasar ekspor, serta mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar lebih inovatif dan siap bersaing di kancah internasional. Salah satu program unggulan yang tengah dijalankan adalah UMKM BISA Ekspor, yang bertujuan membantu pelaku usaha kecil menembus pasar global.
Penguatan Diplomasi Perdagangan
Dalam pembekalan tersebut, Menteri Budi Santoso juga menegaskan pentingnya penguatan diplomasi perdagangan sebagai upaya memperluas pasar ekspor. Langkah strategis ini dilakukan melalui penyelesaian perundingan dagang, penyelesaian sengketa perdagangan, serta partisipasi aktif dalam forum internasional.
Saat ini, Indonesia telah mengimplementasikan 19 perjanjian perdagangan, menandatangani dan meratifikasi 10 perjanjian lainnya, serta masih merundingkan 16 perjanjian baru. Oleh karena itu, Menteri Perdagangan meminta para calon duta besar untuk turut mendukung upaya diplomasi ekonomi dengan membuka akses pasar dan mendorong perundingan dagang dengan negara mitra.
Selain itu, para calon duta besar juga diharapkan mampu menyusun strategi berdasarkan analisis pasar serta responsif terhadap isu perdagangan hijau dan berkelanjutan. Pengoptimalan instrumen trade remedies, seperti antidumping, antisubsidi, dan safeguard, juga menjadi bagian penting dalam melindungi industri dalam negeri dari persaingan global yang tidak sehat.
Peran Perwakilan Perdagangan Indonesia
Sebagai bagian dari upaya memperluas jaringan perdagangan, Kementerian Perdagangan telah menempatkan 46 perwakilan di berbagai negara. Perwakilan tersebut terdiri dari 19 Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), 24 Atase Perdagangan, satu Konsul Perdagangan, satu Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI), serta satu Duta Besar yang mewakili Indonesia di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
“Kami menugaskan para perwakilan perdagangan untuk menjalankan misi peningkatan ekspor yang berkolaborasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), perbankan, serta lembaga terkait lainnya,” ujar Menteri Budi Santoso.
Ia juga menekankan pentingnya diversifikasi tujuan ekspor ke negara berkembang dan mendorong transformasi struktur ekspor. Pemerintah berupaya meningkatkan nilai tambah produk ekspor dengan mengalihkan fokus dari komoditas mentah ke produk manufaktur berteknologi tinggi dan menengah.
“Kami mendukung hilirisasi dan industrialisasi agar produk ekspor Indonesia semakin kompetitif di pasar global,” tambahnya.
Dengan strategi yang telah disusun, Menteri Perdagangan optimis Indonesia dapat mencapai target ekspor 2025 dan meningkatkan daya saing produk nasional di tingkat internasional.