Arahkompas.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membentuk satuan tugas (satgas) pompa yang akan bekerja penuh selama 24 jam. Pembentukan satgas ini menjadi langkah antisipatif menghadapi potensi hujan ekstrem yang dapat memicu genangan dan banjir di sejumlah wilayah. Melalui upaya tersebut, BNPB berkomitmen memastikan seluruh sistem pompa dan drainase beroperasi optimal guna mempercepat aliran air ke laut jika terjadi peningkatan volume hujan.
Kepala BNPB Letjen Suharyanto menjelaskan bahwa satgas tersebut akan memantau dan mengendalikan kinerja pompa di berbagai daerah rawan banjir. Ia menegaskan, keberadaan satgas pompa bertujuan memastikan tidak ada kendala dalam sistem pengendalian air, terutama pada saat curah hujan tinggi melanda kawasan perkotaan. “BNPB memperkuat operasional pompa melalui pembentukan satgas yang bertugas 24 jam. Dengan begitu, bila genangan muncul akibat hujan deras, air dapat segera dialirkan ke laut dan tidak menyebabkan banjir meluas,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).
Selain pembentukan satgas pompa, BNPB juga melakukan langkah mitigasi melalui operasi modifikasi cuaca (OMC). Operasi ini menyasar wilayah Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah sejak 23 Oktober 2025. Tujuannya untuk mengurai pembentukan awan cumulonimbus yang berpotensi menambah curah hujan tinggi di satu kawasan. Menurut Suharyanto, langkah ini terbukti membantu mengendalikan intensitas hujan dan mengurangi risiko banjir besar.
Upaya modifikasi cuaca tersebut, lanjutnya, akan terus diperpanjang sesuai kondisi cuaca dan kebutuhan di lapangan. BNPB menambah armada pesawat yang digunakan dalam operasi tersebut agar cakupan wilayah semakin luas. “Kami terus memperpanjang operasi modifikasi cuaca hingga intensitas hujan dapat dikendalikan. Sekarang sudah ada lima pesawat yang digunakan untuk mendukung pelaksanaannya,” ungkapnya.
Ia menambahkan, berdasarkan evaluasi yang dilakukan bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), modifikasi cuaca terbukti efektif menekan potensi hujan ekstrem. Tanpa langkah ini, menurutnya, curah hujan bisa jauh lebih tinggi dan berpotensi menimbulkan banjir besar di berbagai daerah.
Di sisi lain, BNPB juga menyiapkan strategi jangka panjang untuk menekan potensi banjir melalui penanaman pohon di daerah aliran sungai (DAS). Program ini akan difokuskan di empat provinsi, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kegiatan penanaman vegetasi tersebut dijadwalkan berlangsung pada minggu kedua November 2025, melibatkan berbagai kementerian dan lembaga terkait.
Suharyanto menilai penanaman vegetasi di DAS merupakan bagian penting dari upaya restorasi ekosistem. Langkah ini, menurutnya, bukan solusi cepat tetapi investasi jangka panjang untuk memperbaiki tata lingkungan dan mengurangi risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor. “Upaya ini perlu dijalankan secara berkelanjutan agar ekosistem DAS semakin kuat dalam menahan limpasan air hujan,” ujarnya.
Selain itu, BNPB bersama relawan juga memperkuat sistem komunikasi peringatan dini di sepanjang daerah aliran sungai, terutama di wilayah Jawa Barat. Penguatan sistem ini diharapkan mampu memberikan informasi lebih cepat kepada masyarakat saat terjadi peningkatan debit air. Dengan begitu, warga dapat melakukan langkah antisipasi sejak dini untuk menghindari dampak yang lebih luas.
Upaya terpadu antara pengendalian operasional pompa, modifikasi cuaca, penanaman vegetasi, dan penguatan peringatan dini menjadi strategi komprehensif BNPB dalam menghadapi ancaman hujan ekstrem. Sinergi berbagai elemen ini diharapkan dapat menjaga stabilitas wilayah perkotaan dari risiko genangan dan banjir berkepanjangan selama musim hujan tahun ini.
            




