Kabupaten Bandung –
Bunyi tempaan besi terdengar nyaring begitu tim detikcom masuk ke sebuah gang di Desa Mekar Maju, Kecamatan Pasirjambu, Bandung, Jawa Barat. Di salah satu rumah nampak dua orang tengah menempa besi yang memancarkan percikan bara api ke udara.
Di rumah lainnya terlihat penghuninya sedang sibuk membelah kayu. Ada pula beberapa orang yang tengah mengecat gagang dan sarung golok.
Pemandangan tersebut merupakan hal biasa bagi warga Kampung Sukamahi, Desa Mekar Maju. Nyaris semua rumah menjadi bagian dari aktivitas produksi golok dan perkakas tajam lain, semisal kujang, pisau, serta karambit.
Laki-laki dan perempuan baik yang tua maupun muda terlibat dalam produksi perkakas tajam. Ada yang menjadi pandai besi, mengamplas, membuat gagang dan sarung golok, mengecat, sampai mengukir.
Menurut Ujang Wawan, salah satu warga yang menjadi pegrajin golok, Kampung Sukamahi sudah menjadi sentra pembuatan golok sejak puluhan tahun silam. Ia tak tahu persis kapan tepatnya warga mulai memproduksi golok dan perkakas tajam tersebut secara kolektif. Namun, orang tua Ujang sudah menekuni hal itu sejak dirinya masih kecil.
“Aduh kalau dari kapannya saya tidak tahu pasti. Tapi dari dulu zaman orang tua saya sudah (membuat golok),” ungkapnya.
Perajin golok di Sukamahi Kabupaten Bandung Foto: Agung Pambudhy/detikcom
|
Ujang yang hari itu menemani tim detikcom berkeliling menerangkan hampir seluruh warga kampung menjadi bagian dalam produksi. Ia menyebut sangat sedikit masyarakat setempat yang menempuh pendidikan tinggi karena memilih untuk berkecimpung dalam usaha turun temurun ini. Dia menyebut ada ratusan orang di kampung tersebut yang berkecimpung dalam kegiatan produksi golok dan perkakas tajam lain.
Beberapa pria menjadi pandai besi, tukang amplas, pembuat sarung dan gagang golok dari kayu. Sementara itu, perempuan biasanya bekerja memoles sarung dan gagang golok, ada pula yang punya keahlian membuat ukiran di sarung dan gagang.
Dalam sebulan, tak kurang dari 5.000 golok dan perkakas tajam lainnya diproduksi di Kampung Sukamahi. Sebelum pandemi, mereka bisa mengirim produknya sampai ke Malaysia.
Pembuatan golok di Kampung Sukamahi Kabupaten Bandung Foto: Agung Pambudhy/detikcom
|
“Jadi kalau disurvei mungkin di sini tingkat pendidikannya rendah. Tapi semua bekerja jadi (pengrajin) golok,” jelas Ujang.
Perajin lainnya, Nandang, menyebut banyak penjual golok hias di Sukabumi yang memesan barang dari Kampung Sukamahi. Padahal, Sukabumi, khususnya daerah Cibatu dikenal sebagai sentra produksi golok.
“Orang tahunya Sukabumi sentra goloknya, padahal di sini. Di sini setiap rumah tuh ada yang kerja jadi perajin,” kata Nandang.
Kualitas golok dari Sukamahi melanglang buana ke berbagai wilayah di Indonesia, mulai dari Lampung, Cirebon, Jakarta, Bekasi, Kalimantan, Bali, dan wilayah lainnya. Bahkan, ada juga pemesan dari Malaysia.
“(Orang) Kalimantan ambil dari sini, dari Lampung, Jawa dari Cirebon juga pesan di sini. Sudah (seperti) tradisi masyarakat di sini menjadi pengrajin golok. Dari Malaysia juga ada yang pesan di sini, biasanya golok untuk dipakai, di sini disebutnya bedog sayur,” urai Ujang.
Ujang merupakan salah perajin golok di kampung Sukamahi. Dalam melancarkan usahanya Ujang mendapatkan bantuan modal berupa KUR dari Bank BRI.
detikcom bersama BRI mengadakan program Jelajah UMKM ke beberapa wilayah di Indonesia yang mengulas berbagai aspek kehidupan warga dan membaca potensi di daerah. Untuk mengetahui informasi lebih lengkap, ikuti terus beritanya di detik.com/tag/jelajahumkmbri.
Simak Video “Dari Rancabali sampai Pengalengan, untuk Kopi dan Strawberry.“
[Gambas:Video 20detik]
(prf/ega)